SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG NAHDLATUL 'ULAMA KECAMATAN SEMIN GUNUNGKIDUL

Wednesday 31 January 2018

LP MA’ARIF KECAMATAN SEMIN SELENGGARAKAN HARLAH NU KE 92




Semin 31 Januari 2018, dalam rangka Hari lahir NU yang ke 92 Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Kecamatan Semin Menggelar pengajian akbar dengan tema “Mengokohkan Ajaran Aswaja dan Integritas Bangsa Ditengah Serangan Ideologi Radikal Dan Liberal”, acara tersebut diselenggarakan di gedung dakwah MWC NU Semin, Gunungkidul.
Acara yang dimualai pukul 08.00 tersebut dihadiri oleh  seluruh siswa siswi ma’arif di kecamatan Semin, wali murid TK Masyithoh Sekecamatan semin, serta Pengurus MWC NU Kecamatan semin.
Dalam sambutanya keua Tafidziyah Fathul Muaddib, memberikan apresiasi kepada seluruh panitia harlah. Beliau juga menyampaikan agar acara tersebut menjadi agenda tahunan bagi LP Ma’arif karena dapat menjadi sarana silaturohmi seluruh element ma’arif.
Kegiatan tersebut merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan setiap tanggal 31 Januari yang bertepatan dengan harlah NU, di kesempatan ini panitia mengundang penceramah dari wonogiri yaitu Ustadz Roni Kustanto S.Pd.I.
Ditengah tengah ceramahnya beliau berpesan kepada Pelajar NU sekecamatan semin untuk bisa mengenal NU sejak dini agar tidak terjerumus ke aliran islam radikal, selain itu ustadz Roni juga menyampaikan betapa pentingnya cinta tanah air.

Read more ...

Sunday 21 January 2018

Pelajar NU Semin berkarya dalam ceria berbagi sedekah kepada sesama

Ahad 21 Januari 2018, Pelajar NU Kecamatan Semin mengadakan kunjungan dan bakti sosial di dusun Pijenan. Acara bakti sosial ini merupakan Agenda rutin bulanan yang merupakan salah satu program kerja PAC IPNU IPPNU Kecamatan Semin, Setelah sebelumnya sudah melakukan dua kali bakti sosial di dusun yang berbeda.
Kunjungan dan bakti sosial ini dimulai pada pukul 09.00 WIB sampai 11.00 WIB yang diikuti oleh sekitar 15 orang. kegiatan ini bertujuan melatih Anggota IPNU IPPNU Kecamatan Semin berbagi kepada sesama sehingga bisa menumbuhkan rasa saling berbagi diantara umat Islam.

Selain dari tujuan diatas kami juga bermaksud 
Memperkenalkan ajaran Ahlusunnah wal jamaah serta mendekatkan organisasi kami kepada masyarakat dan juga menjalin tali silaturrahim antara IPNU IPPNU Semin dengan masyarakat.

Bakti sosial tersebut dibagikan ke masyarakat dusun pijenan yang merupak kum dhuafa yang memang membutuhkan bantuan berupa sembako. Marhaban Husni selaku Pembina IPNU IPPNU Semin berharap, program tersebut untuk dapat terus berlanjut, karena itu merupakan program strategis ke masyarakat, dan dapat juga sebagai sarana dakwah dan pengkaderan untu IPNU IPPNU kedepan.


Read more ...

Monday 15 January 2018

Hj. Nyai Umroh Mahfudzoh, Srikandi Pejuang IPPNU

Dilahirkan 4 Februari 1936 di kota Gresik, Jawa Timur, Umroh mengawali pendidikan dasar di kota kelahirannya. Sempat berhenti sekolah hingga tahun 1946 karena clash II, Umroh melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah NU di Boto Putih, Surabaya. Dilahirkan dari pasangan K.H. Wahib Wahab dan Hj. Siti Channah, Umroh tumbuh dan dewasa di lingkungan NU. Sebagai cucu pendiri NU, K.H. Abdul Wahab Chasbullah, masa kecil Umroh banyak dilalui di lingkungan pesantren, khususnya pada masa liburan yang banyak dihabiskan di Tambak Beras, Jombang, tempat kelahiran ayahnya. 
Sebagai anak sulung dari lima bersaudara, sejak kecil Umroh dididik untuk bisa hidup mandiri. Hasrat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah sekaligus mewujudkan impian merantaunya terpenuhi ketika diterima sebagai siswa SGA Surakarta. Ketika partai-partai politik meluaskan sayapnya pada pertengahan 50-an, Umroh mulai menerjunkan diri sebagai Seksi Keputrian Pelajar Islam Indonesia (PII) -organisasi pelajar afiliasi partai Masyumi- ranting SGA Surakarta. Namun, sejak berdirinya NU sebagai partai politik sendiri tahun 1952, Umroh mulai berkenalan dengan organisasi-organisasi di lingkungan NU.
Sembari mengajar di Perguruan Tinggi Islam Cokro, Surakarta, Umroh yang nyantri di tempat Nyai Masyhud mulai menerjunkan diri sebagai wakil ketua Fatayat NU cabang Surakarta. Semangat Umroh yang menyala-nyala membawa pada kesadaran akan perlunya sebuah organisasi pelajar yang khusus menghimpun putra-putri NU. 
Berdirinya IPNU yang khusus menghimpun pelajar-pelajar putra pada awal tahun 1954 membuat keinginan Umroh untuk membuat organisasi serupa khusus untuk para pelajar putri semakin menggebu-gebu. Gagasannya dituangkan lewat diskusi intensif dengan para pelajar putri NU di Muallimat NU dan SGA Surakarta yang sama-sama nyantri di tempat Nyai Masyhud. Kegigihan Umroh memperjuangkan pendirian IPNU-Putri (kelak berubah menjadi IPPNU) membawanya duduk sebagai Ketua Dewan Harian (DH) IPPNU. DH IPPNU adalah organ yang bertindak sebagai inkubator pendirian sekaligus pelaksana harian organisasi IPPNU.
Aktivitas di IPPNU yang tidak begitu lama diisi dengan sosialisasi dan pembentukan cabang-cabang IPPNU, khususnya di Jawa. Umroh juga tampil sebagai juru kampanye partai NU pada pemilu 1955. Tidak genap setahun menjabat Ketua Dewan Harian, Umroh meninggalkan Surakarta untuk menikah dengan M. Tolchah Mansoer, Ketua Umum PP IPNU pertama. Meskipun menetap di Yogyakarta, Umroh tidak pernah melepaskan perhatiannya terhadap organisasi yang ikut dia lahirkan. Kedudukan Dewan Penasehat PP IPPNU yang dipegang hingga saat ini, membuatnya tidak pernah absen dalam setiap perhelatan nasional yang diselenggarakan IPPNU. Riwayat organisasi Umroh berlanjut pada tahun 1962 sebagai seksi Sosial PW Muslimat NU DIY.
 Kedudukan ini mengantarkan Umroh sebagai Ketua I Badan Musyawarah Wanita Islam Yogyakarta hingga tahun 1987. Kesibukan keluarga tidak mengendurkan hasratnya untuk melanjutkan ke Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pendidikan strata-1 diselesaikan dalam waktu enam tahun sambil aktif sebagai Wakil Ketua Pengurus Poliklinik PW Muslimat NU DIY. Sementara itu, perhatian di bidang sosial disalurkan dengan menjabat sebagai Ketua Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang membidangi kegiatan-kegiatan di bidang peningkatan kesejahteraan sosial di wilayah Yogyakarta.
 
Jabatan Ketua PW Muslimat NU DIY diemban selama dua periode berturut-turut sejak tahun 1975. Kesibukan ini tidak menghalangi aktivitas sebagai Seksi Pendidikan PERSAHI (Pendidikan Wanita Persatuan Sarjana Hukum Indonesia) dan Gabungan Organisasi Wanita wilayah Yogyakarta. Naluri politik yang tersimpan selama belasan tahun ternyata tidak bisa dipendam Umroh begitu saja. Aktivitas sebagai bendahara DPW PPP mengantarkannya terpilih sebagai anggota DPRD DIY periode 1982-1987. Karir politiknya terus meningkat dari Wakil Ketua menjadi Pjs. Ketua DPW PPP DIY. Jabatan terakhir ini membawa Umroh ke Jakarta sebagai anggota DPR RI dari FPP selama dua periode. 
Umroh pernah menjabat sebagai Ketua Wanita Persatuan Pusat, organisasi wanita yang bernaung di bawah PPP. Sebagai anggota dewan, Umroh tercatat beberapa kali mengadakan kegiatan internasional diantaranya muhibah ke India, Hongaria, Perancis, Belanda, dan Jerman. 

Domisili di Jakarta memudahkan Umroh melanjutkan aktivitas ke-NU-an sebagai Ketua Departemen Organisasi PP Muslimat NU, berlanjut sebagai Ketua III sampai sekarang. Sempat menikmati pensiun pasca pemilu 1997, Partai Kebangkitan Bangsa yang didirikan oleh Pengurus Besar NU mendorong Umroh terjun kembali ke dunia polittik sebagai salah satu ketua. Umroh yang berdomisili di Kompleks Kolombo 21, Yogyakarta, saat ini tercatat sebagai anggota DPR RI hasil pemilu 1999 dari Fraksi Kebangkitan Bangsa.
Sesepuh pendiri Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Hj Umroh Machfudzoh meninggal dunia pada Jumat (6/11/2009) pagi sekitar pukul 6.45 WIB di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Almarhumah meninggal pada usia 73 tahun. Cucu KH Abdul Wahab Chasbullah ini akan dimakamkan sore sekitar pukul 15.30 WIB di pemakaman dekat kediaman Komplek Pondok Pesantren Sunni Darussalam, Tempelsari, Manguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
sejarah berdirinya :
Bermula dari perbincangan ringan yang dilakukan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Dalam keputusan ini di kalangan NU, Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU di Malang Jawa Timur, selanjutnya disepakati dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di kongres Malang di namakan IPNU putri.

Dalam suasana kongres ternyata keberadaan IPNU putri nampaknya masih diperdebatkan dengan secara alot. Semula direncanakan secara administratif hanya menjadi departemen di dalam tubuh organisasi IPNU. Sementara hasil negosiasi dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusivitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut maka pada hari kedua kongres, peserta putri yang hanya diwakili lima daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang, dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan dua jajaran di pengurus teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yaitu PB Ma’arif (saat itu dipimpin Bpk. KH. Syukri Ghozali) dan ketua PP Muslimat NU (Mahmudah Mawardi). Maka dari pembicaraan selama beberapa hari telah membuat keputusan sebagai berikut: 1. Tanggal 28 Februari – 5 Maret 2. Pembentukan Organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dengan IPNU 3. Tanggal 2 maret 1995M/8 Rajab 1374 H dideklarasi8kan sebagai hari kelahiran IPNU putri 4. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu UMROH MAHFUDHOH dan sekretarisnya bernama SYAMSIYAH MUTHOLIB. 5. PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta Jawa Tengah. 6. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU, kemudian PB Ma’arif NU menyetujui dengan merubah nama IPNU putri menjadi IPPNU(Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama)

PERJALANAN IPPNU DARI MASA KE MASA Sejalan dengan adanya pelaksanaan konggres dari beberapa zaman ( Kemerdekaan, Orla, orba, Era reformasi) tentu mengalami berbagai peristiwa yang sangat menonjol dalam suatu keputusan kongres, dan dalam perjalanan IPNU dari masa ke masa antara lain : 1. Bulan Februari 1956 diadakan konferensi IPPNU di Surakarta 2. Tanggal 1-4 Januari 1957 pada muktamar IPNU di Pekalongan IPPNU ikut serta. Acara itu diisi olahraga dan juga menghasilkan lambang IPNU-IPPNU 3. Tanggal 14-17 Maret 1960 diadakan Konbes I di Yogyakarta, membicarakan tentang keorganisasian, kemahasiswaan, Pendidikan Islam serta bahasa Arab 4. Tahun 1964 dilaksanakan Konbes III bersama IPNU di Pekalongan, dengan menghasilkan : a. Doktrin Pekalongan b. Mengusulkan agar KH. Hasyim Asy’ari sebagai pahlawan 5. Tanggal 30 Agustus 1966 dalam konggres di Surabaya IPNU dan IPPNU memohon pada PBNU untuk menerimanya sebagai badan otonom 6. Tahun 1967 pada Muktamar NU di Bandung, resmilah IPPNU dimasukkan dalam PD/PRT NU sebagai badan otonom sampai sekarang 7. Pada perkembangan berikutnya nampak pemerintah juga tidak ingin mengambil resiko membiarkan dunia akademik terkontaminasi dengan unsur politik manapun, sehingga diberlakukan UU No. 8 tahun 1985 tentang keormasan khusus untuk organisasi ekstra pelajar adalah OSIS, selama itu IPPNU mengalami stagnasi pengkaderan dan PP didominasi oleh para aktivis yang usianya sudah melebihi batas. Maka pada konggres IX IPPNU di jombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjanganya IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA telah berubah menjadi IKATAN PUTRI-PUTRI NAHDLATUL ULAMA. 8. Bulan Oktober 1990 pada Konbes IPPNU di lampung, menghasdilkan citra diri dan memantapkan PPOA IPPNU. 9. Pada konggres X IPPNU tahun 1991 di ponpes AL WAHDAH lasem jawa tengah, telah menguatkan independensi IPPNU dan IPNU yang merupakan organisasi terpisah. 10. Tanggal 10-14 juli 1996 di pesantren Al Musyaddidah garut Jabar mengadakan konggres XI IPPNU, yang menekankan usia kepemudaan di tubuh IPNU supaya sejajar dengan organisasi pemuda yang lain. 11. Konbes bulan september 1998 di Jakarta, menghasilkan rekomendasi yang samgat menonjol di era reformasi yaitu bahwa IPPNU menyambut baik pendirian PKB yang tidak menggumakan nama NU 12. Tanggal 22-25 Maret 2000, pelaksanaan konggres XII IPPNU di Makassar Ujung Pandang, telah mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikanke basis kepelajaran dan wacana Gender. 13. Tanggal 18 –23 Juni 2003 kongres XIII IPPNU di asrama haji sukolilo Surabaya mengembalikan IPPNU kepada Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama HUBUNGAN IPNU – IPPNU DAN ORMAS LAIN : Kaitan IPNU – IPPNU dan NU, bahwa IPNU & IPPNU secara organisatoris merupakan badan otonom NU yang resmi tercantum pada Anggaran Rumah Tangga NU pasal 27 poin 6 bagian f, hasil mukatamar NU lirboyo jawa timur yang mana bahwa IPNU & IPPNU mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan badan otonom yang lain. Hubungan IPNU dengan IPPNU, bahwa IPNU merupakan mitra kerja IPPNU, sedangkan hubungan IPNU & IPPNU dengan ormas lain , bahwa IPNU & IPPNU mempunyai kedudukan yang sejajar dengan ormas yang lain yang tergabung dalam satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda (KNPI).
Di dunia pewayangan, dikenal seorang wanita tangguh yang bernama Srikandi. Bersama sang suami, Arjuna, keduanya berjuang bersama membela panji Pandawa. Sosok Srikandi itu, rasanya patut kita sematkan pada diri Umroh Machfudzoh, ketua Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) yang pertama.<>
Jalan cerita Umroh bersama sang suami, KH Tolchah Mansoer, sekilas mirip kisah Arjuna-Srikandi. Hanya saja pada waktu itu, keduanya bukan membela panji Pandawa, melainkan panji pelajar putera-puteri NU (IPNU-IPPNU). Di organisasi itulah mereka bertemu, berjuang bersama, dan akhirnya meneruskan menuju ke jenjang pelaminan.

Umroh Lahir di Gresik 4 Februari 1936 M dari pasangan KH Wahib Wahab (Menteri Agama ke 7 yaitu  1958 - 1962) dan Hj Siti Channah. Beliau adalah cucu dari KH Abdul Wahab Hasbullah (pendiri NU dan Rais Aam PBNU 1946 - 1971). Sebagai cucu pendiri NU, masa kecil Umroh banyak dilalui di lingkungan pesantren, khususnya pada masa liburan yang banyak dihabiskan di Tambak Beras, Jombang, tempat kelahiran ayahnya.

Sebagai anak sulung dari lima bersaudara, sejak kecil Umroh dididik untuk bisa hidup mandiri. Umroh mengawali pendidikan dasar di kota kelahirannya. Sempat berhenti sekolah hingga tahun 1946 karena clash II, Umroh kemudian melanjutkan ke MI NU di Boto Putih, Surabaya. Hasrat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah sekaligus mewujudkan impian merantaunya terpenuhi ketika diterima sebagai siswa SGA (Sekolah Guru Agama) Surakarta.

Ketika partai-partai politik meluaskan sayapnya pada pertengahan 50-an, Umroh mulai menerjunkan diri sebagai Seksi Keputrian Pelajar Islam Indonesia (PII) -organisasi pelajar afiliasi partai Masyumi- ranting SGA Surakarta. Namun, sejak berdirinya NU sebagai partai politik sendiri tahun 1952, Umroh mulai berkenalan dengan organisasi-organisasi di lingkungan NU.

Sembari mengajar di Perguruan Tinggi Islam Cokro, Surakarta, Umroh yang nyantri di tempat Nyai Masyhud (Keprabon Solo) mulai menerjunkan diri sebagai wakil ketua Fatayat NU Cabang Surakarta. Semangat Umroh yang menyala-nyala membawa pada kesadaran akan perlunya sebuah organisasi pelajar yang khusus menghimpun putra-putri NU.

Membidani Lahirnya IPPNU
Di mata kader IPPNU saat ini, Umroh merupakan sosok wanita inspiratif . “Beliau adalah inspirator bagi kami. Beliau adalah kebanggan kami,” kata Margaret Aliyatul, ketua IPPNU periode lalu kepada NU Online, saat wafatnya Umroh tahun 2009 lalu.

“Ini adalah hal yang luar biasa karena kondisi pada saat itu pasti lebih sulit dibandingkan saat ini, dan beliau bisa merealisasikan pendirian organisasi pelajar puteri dan kemudian berkembang menjadi organisasi nasional. Beliau adalah perintis dan kami tinggal melanjutkan saja,” lanjutnya.

Berdirinya IPNU yang khusus menghimpun pelajar-pelajar putra pada awal tahun 1954, memang tak lepas dari perjuangan Umroh dan kawan-kawan untuk membuat organisasi serupa khusus untuk para pelajar putri. Gagasannya dituangkan lewat diskusi intensif dengan para pelajar putri NU di Muallimat NU dan SGA Surakarta yang sama-sama nyantri di tempat Nyai Masyhud. Kegigihan Umroh memperjuangkan pendirian IPNU-Putri (kelak berubah menjadi IPPNU) membawanya duduk sebagai Ketua Dewan Harian (DH) IPPNU. DH IPPNU adalah organ yang bertindak sebagai inkubator pendirian sekaligus pelaksana harian organisasi IPPNU.

Aktivitas di IPPNU yang tidak begitu lama diisi dengan sosialisasi dan pembentukan cabang-cabang IPPNU, khususnya di Jawa. Umroh juga tampil sebagai juru kampanye partai NU pada pemilu 1955. Tidak genap setahun menjabat Ketua Dewan Harian, Umroh meninggalkan Surakarta untuk menikah dengan M. Tolchah Mansoer, Ketua Umum PP IPNU pertama.

Meskipun menetap di Yogyakarta, Umroh tidak pernah melepaskan perhatiannya terhadap organisasi yang ikut dia lahirkan. Kedudukan Dewan Penasehat PP IPPNU yang dipegang hingga saat ini, membuatnya tidak pernah absen dalam setiap perhelatan nasional yang diselenggarakan IPPNU.

Riwayat organisasi Umroh berlanjut pada tahun 1962 sebagai seksi Sosial PW Muslimat NU DIY. Kedudukan ini mengantarkan Umroh sebagai Ketua I Badan Musyawarah Wanita Islam Yogyakarta hingga tahun 1987.

Kesibukan keluarga tidak mengendurkan hasratnya untuk melanjutkan ke Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pendidikan S-1 diselesaikan dalam waktu enam tahun sembari aktif sebagai Wakil Ketua Pengurus Poliklinik PW Muslimat NU DIY. Sementara itu, perhatian di bidang sosial disalurkan dengan menjabat sebagai Ketua Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang membidangi kegiatan-kegiatan di bidang peningkatan kesejahteraan sosial di wilayah Yogyakarta.

Berjuang Lewat Parpol
Jabatan Ketua PW Muslimat NU DIY diemban selama dua periode berturut-turut sejak tahun 1975. Kesibukan ini tidak menghalangi aktivitas sebagai Seksi Pendidikan Persahi (Pendidikan Wanita Persatuan Sarjana Hukum Indonesia) dan Gabungan Organisasi Wanita wilayah Yogyakarta. Naluri politik yang tersimpan selama belasan tahun ternyata tidak bisa dipendam Umroh begitu saja. Aktivitas sebagai bendahara DPW PPP mengantarkannya terpilih sebagai anggota DPRD DIY periode 1982-1987.

Karir politiknya terus meningkat dari Wakil Ketua menjadi Pjs. Ketua DPW PPP DIY. Jabatan terakhir ini membawa Umroh ke Jakarta sebagai anggota DPR RI dari FPP selama dua periode. Umroh pernah menjabat sebagai Ketua Wanita Persatuan Pusat, organisasi wanita yang bernaung di bawah PPP. Sebagai anggota dewan, Umroh tercatat beberapa kali mengadakan kegiatan internasional diantaranya muhibah ke India, Hongaria, Perancis, Belanda, dan Jerman.

Domisili di Jakarta memudahkan Umroh melanjutkan aktivitas ke-NU-an sebagai Ketua Departemen Organisasi PP Muslimat NU, berlanjut sebagai Ketua III sampai sekarang. Sempat menikmati pensiun pasca pemilu 1997, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan oleh Pengurus Besar NU mendorong Umroh terjun kembali ke dunia politik sebagai salah satu anggota DPR RI hasil pemilu 1999.

Sesepuh pendiri Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Hj Umroh Machfudzoh meninggal dunia pada Jumat (6/11/2009) pagi sekitar pukul 06.45 WIB di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Almarhumah meninggal pada usia 73 tahun dan dimakamkan sekitar pukul 15.30 WIB di pemakaman dekat kediaman Komplek Pondok Pesantren Sunni Darussalam, Tempelsari, Manguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
Sumber : http://www.nu.or.id/post/read/43039/srikandi-pejuang-nu
Read more ...

Prof. Dr. K.H. M. Tolchah Mansur Sang Pendiri IPNU

Pendiri IPNU
Lahir 10 September 1930 di Malang
Pendidikan: SR-NU di Malang (1937), melanjutkan ke SMP Islam. Melanjutkan ke Taman Madya dan Taman Dewasa Raya (tingkat SLTA) dan tamat tahun 1951. Melanjutkan ke fakultas hokum, ekonomi, sosial dan politik (F-HESP) Gajah Mada tamat pada tahun 1964. Meraih gelar doctor dari kampus yang sama pada 17 Desember 1969. Membiasakan ikut Pesantren Ramadhan di Tebuireng dan Pesantren Lasem, Rembang.
Pengabdian: Sejak muda sudah memiliki bakat kepemimpinan yang menonjol. Ketika masih di SMP, dia sudah dipercaya menjadi sekretaris umum Ikatan Murid Nahdlatul Ulama (IMNU) untuk wilayah kota Malang, anggota organisasi Putra Indonesia, dan juga anggota pengurus Himpunan Putra Islam Indonesia di Malang. Pada tahun yang sama juga menjabat sekretaris Barisan Sabilillah untuk daerah pertempuran Malang selatan, sekaligus menjadi sekretaris bagian penerangan Markas Oelama Djawa Timoer (MODT).
Kegemaran organisasinya begitu tinggi. Semasa kuliah di Yogya, sederet jabatan penting organisasi juga disandangnya. Pernah menjabat ketua departemen penerangan PB PII, ketua I HMI Yogya, wakil panitia kongres persatuan perhimpunan mahasiswa Indonesia.
Dialah pencetus brdirinya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dalam komperensi Ma’arif NU di Semarang (1954). Tercatat dia sebagai pendiri IPNU, sekaligus ditunjuk sebagai ketuanya yang pertama. Posisi itu terus bertahan hingga tiga kali muktamar selanjutnya.
Ketika NU menjadi partai politik, Tolchah dipercaya menjabat Ketua Wilayah NU Yogyakarta. Tahun 1958 dia diangkat menjadi anggota DPR utusan partai NU. Pada saat yang sama terpilih sebagai anggota Dewan pemerintah Daerah Yogya yang kemudian berubah menjadi Badan Pemerintah Harian (1958-1972)
Sejak 1963 menjadi dosen di IAIN Sunan Kalijaga. Kariernya meningkat menjadi Dekan Fakultas Usuluddin dan samapi menjabat Purek IAIN Sunan Kalijaga. Di sela kesibukannya sebagai dosen IAIN, ia juga mengajar di IKIP Yogya, IAIN Surabaya dan Akmil Magelang. Pernah menjadi Direktur Akademi Administrasi Niaga Negeri (1965-1975), Rektor Universitas Hasyim As’ari Jombang (1970-1983) dan Dewan Fakultas Hukum UNU Surakarta. Dia juga menjadi anggota Badan Wakaf UII, Badan Wakaf IAIN Suanan Kalijaga dan Badan Penyantun Taman Siswa Yogyakarta.
Wafat 20 Oktober 1986/ 17 Shafar 1406 dalam usia 56 tahun, dimakamkan di Dusun Dongkelan, Taman Tirto, Bantul, tak jauh dari makam K.H. Munawir dan K.H. Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta.
Read more ...

Sunday 14 January 2018

Selamat & Sukses Muktamar JATMAN XII Di Pekalongan


Read more ...

Buka Muktamar JATMAN XII, Presiden Titipkan NKRI kepada Para Kiai

Pekalongan, NU Online
Presiden RI Joko Widodo hadir pada pembukaan Muktamar XII Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) dan Halaqoh II Ulama Thoriqoh Luar Negeri di Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (15/1).

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi memamaparkan potensi kemajemukan yang ada di Indonesia. “Agama di Indonesia ini bermacam-macam, juga lebih dari seratus bahasa lokal yang berbeda-beda, ini adalah anuegerah dan takdir dari Allah SWT yang harus kita jaga,” tutur Jokowi.

Kemajemukan tersebut, lanjut Jokowi mesti dijaga. “Untuk itu pada kesempatan yang baik ini, saya titip kepada para kiai, kepada para jam’iyyah agar hal-hal yang berkaitan dengan ukhuwah kita, baik islamiyah, wathoniyah, basyariyah. Persatuan dan kesatuan dapat kita jaga,” kata dia.

Jokowi juga mengajak kepada jamiyyah, untuk selalu peduli dan membantu kepada mereka yang masih kekurangan serta berada di lembah kemiskinan, agar mereka dapat lebih sejahtera.

“Sekeali lagi saya mengajak kepada semua untuk senantiasa mengasah kepekaan sosial, semoga bangsa kita semakin maju sejahtera dan adil makmur,” ajak Jokowi.

Pembukaan Muktamar Jatman ke-XII dilakukan secara simbolis oleh Presiden dengan menabuh gong, dan turut didampingi Rais ‘Aam JATMAN Habib Luthfi bin Yahya, Ketum PBNU KH Said Aqiel Siroj, Menag H. Lukman Hakim, dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. (Ajie Najmuddin/Fathoni)

Sumber : http://www.nu.or.id/post/read/85228/buka-muktamar-jatman-xii-presiden-titipkan-nkri-kepada-para-kiai
Read more ...

Wednesday 10 January 2018

Indahnya Ber-Islam Ala Nahdlatul ‘Ulama’ (NU)

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH adalah nilai lebih NU yang membedakan dengan organisasi lainnya di Indonesia dan di dunia . NU lahir di Indonesia untuk mempertahankan nilai-nilai ASWAJA dengan sistem berMADZHAB. Sebenarnya tidak mudah mendefinisikan ASWAJA , apalagi memberikan ciri-ciri pemikiran dan implementasinya pada sikap, sebab memberi definisi yang konferehensif tentang isi ASWAJA (JAMI’) dan menolak keseluruhan yang tidak termasuk didalamnya (MANI’) sangat sulit sekali. Jika menyerap definisi ASWAJA dari hadits adalah “MA ANA ‘ALAIHI WA ASHHABIY“, maka untuk memahami hadits tersebut sangat sulit untuk mengidentifikasi jam’iyah yang didalam dan di luar ASWAJA . Sulitnya terletak pada masing-masing organisasi yang menyatakan berfaham ASWAJA sesuai dengan cara interpretasi yang berbeda tentang hadits tersebut.

Sangat penting merebut definisi ASWAJA karena diantara 73 firqoh dalam islam yang punya legalisasi selamat di akhirat hanya ASWAJA. NU mencoba memberi definisi dan ciri khas ASWAJA yang dirasa benar tanpa menyalahkan apalagi mencemooh pemahaman ASWAJA yang lainnya.

Abu Al Hasan Al Asy’ari 260 H/873 M – 324 H/935 M bukan pembuat atau pencetak ASWAJA,tapi yang mengkodifikasi dan yang merumuskannya sesuai dengan pertimbangan teks naqli dan konteks rasionalitas aqli. ASWAJA yang dikodifikasi Al Asy’ari dibangun atas dasar teks-teks (NASH) Agama yang sekaligus didialogkan dengan nalar rasio (konteks). Menurutnya, tidak akan pernah mengkafirkan pada siapapun selagi masih meyakini dan mengucapkan tiada Tuhan selain ALLAH.
Pada saat bersamaan, NU tidak akan membenarkan kelompok Rasionalis yang memutuskan hubungan orang yang hidup dengan yang telah wafat seperti kelompok wahabi, kelompok yang mencaci para shahabat Nabi SAW seperti kelompok syiah, dan kelompok liberalisme yang semua hal boleh sehingga tidak ada batasan dan tidak ada kriteria dalam beragama.
Ciri khas ASWAJA ala NU adalah washatiyah (tengah-tengah) yang tercermin dalam sikap tasamuh (toleran),tawazun (seimbang) dan ‘i’tidal (tegak lurus). Melalui ciri-ciri tersebut . nampak dalam sikap Nahdliyyin yang akomodatif dan terbuka yang pada saat bersamaan juga tegak lurus dan tegas. NU bisa menerima perbedaan pandangan , keyakinan dan faham tetapi pada saat bersamaan tetap tegak lurus.

Ciri NU adalah bermadzhab dalam pemahaman keagamaan, berijtihad hanya menjadi hak orang yang telah memenuhi syarat yang telah tertuang dalam ushul fiqh . Bermadzhab menjadi penting karena bisa mengurai pemahaman dan penafsiran ajaran agama secara berantai melalui guru-guru sampai bersambung pada Rasulullah SAW, tidak cukup bagi warga NU hanya berguru pada buku-buku apalagi hanya melalui pencarian artikel di internet tentang suatu ilmu karena hal itu tidak dapat menyimpulkan ilmu dan kurang nilai barakahnya.

Bahaya belajar tanpa guru berakibat pada penyimpulan makna teks agama sesuai dengan keterbatasan daya fikir dan kemungkinan terjerumus pada imajinasi bayangan syaitan. Guru, selain menuntun cara belajar efektif , cepat dimengerti dan terarah juga akan memberi nilai barakah (ziyadatul khair) melalui doa-doanya.

Ciri berguru dalam belajar ilmu dan bermadzhab untuk mengamalkan agama yang populer dengan ungkapan (ALMUHAFADHATU ‘ALAL QODIMIS SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH) yaitu mempertahankan tafsir dan cara beragama seperti generasi terdahulu yang masih sesuai dengan kondisi dan mengupayakan penafsiran agama yang lebih sesuai dengan konteks dan tuntutan zaman.

Corak keberagaman warga NU kreatif, sesuatu yang baru dalam beragama tidak semua dilarang atau sesat. Sebab, NU membedakan antara kreatifitas baik yang berkenaan dengan syi’ar agama (bid’ah hasanah) dengan kreatifitas yang merusak agama yang berkenaan dengan esensi agama (bid’ah sayyiah).

Dalam tradisi keagamaan warga NU banyak cara untuk menyampaikan dan melaksanakan ajaran islam seperti perayaan maulid Nabi SAW, Istighasah dan perayaan keagamaan lainnya. Cara bernegarapun NU mengedepankan mashlahah dan persatuan demi terjaminnya kebebasan umat beragama.Islam tidak harus menjadi lebel negara, yang terpenting nilai dan dakwah islam bisa dijalankan dengan baik, pun agama lain bisa hidup berdampingan dalam satu bingkai NKRI.

Ber-islam menurut NU adalah yang wajar-wajar saja. Mendekatkan diri kepada ALLAH SWT secara wajar sesuai dengan tuntunanNYA. Demikian pula dalam beriteraksi dengan masyarakat yang wajar mengikuti pola dan budaya masyarakat setempat. Teks agama dipahami sebagai petunjuk untuk mengukur kebenaran sedangkan konteks masyarakat adalah area untuk membumikan teks ajaran islam dalam kehidupan yang nyata secara kaffah (menyeluruh).


Sumber : https://plus.google.com/108527695752105731026/posts/HZ6gc1ovGBe
Read more ...

Tahun 2018 MWCNU Semin Rutin Turba

Gunungkidul, NU Online
Sebagai upaya penguatan organisasi, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Semin Kabupaten Gunungkidul akan mengadakan kunjungan silaturahim ke pengurus ranting di wilayahnya.

Dalam kegiatan yang bertajuk Turba (turun ke bawah) ini, MWCNU Kecamatan Semin akan mengunjungi 10 (sepuluh) pengurus ranting secara bergiliran. Berbagai informasi perkembangan NU dan dinamika masyarakat Kecamatan Semin serta penyerapan aspirasi pengurus NU di tingkat ranting akan menjadi agenda utama Turba.

Ketua Tanfidziyah MWCNU Kecamatan Semin, Adib mengungkapkan kegiatan ini merupakan program rutin tahunan yang digelar dengan tujuan untuk menjalin silaturahim dan komunikasi MWCNU dengan pengurus ranting NU se-Kecamatan Semin.

"Turba ini dimaksudkan untuk menyerap aspirasi Nahdliyin seputar permasalahan NU dan umatnya. Selain itu juga untuk merapatkan barisan atas gencarnya serangan budaya di luar NU serta sosialisasi Koin NU untuk kemajuan ekonomi umat," ujarnya, Jumat (30/12).

"Tidak kalah pentingnya dalam Turba ini adalah untuk menggali potensi warga Nahdlatul Ulama yang memungkinkan untuk bisa dikembangkan. Paling tidak melalui Turba kami bisa menggali aspirasi Nahdliyinuntuk dijadikan program MWCNU Kecamatan Semin," jelasnya.

Marhaban Husni, Sekretaris MWC NU Semin, mengatakan Turba ini juga dapat menjadi wadah untuk mendekatkan pengurus ranting NU dengan MWCNU Kecamatan Semin, serta agar kehadiran MWCNU Samin dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Pembukaan Turba MWCNU Semin dilaksanakan pada Sabtu 13 Januari 2018 mendatang. Kesempatan tersebut dijadwalkan mengundang Pengurus Cabang NU Gunungkidul KH Muhammad Thohari untuk memberikan tausiyah kepada masyarakat.

"Melalui kegiatan Turba ini kami mengharapkan adanya peningkatan kesadaran pengurus untuk berorganisasi dengan baik bahwa NU itu adalah organisasi yang dijalankan untuk kepentingan Nahdliyin," kata Husni.

Pihaknya berharap semua program NU bisa berjalan sesuai kebutuhan masyarakat.
Read more ...

AD/ART NU Hasil Muktamar NU ke 33 di Jombang

Anda bisa mendownload AD/ART NU Hasil Muktamar ke 33 di sini.
Read more ...

Lirik Syubbanul Wathon (Cinta Tanah Air) – Yaa Lal Wathon – Hubbul Wathon Minal Iman


Karya: KH. Abdul Wahab Chasbullah (1934)
(Ijazah KH. Maemon Zubair Tahun 2012)

ياَ لَلْوَطَنْ ياَ لَلْوَطَن ياَ لَلْوَطَنْ
Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon
حُبُّ الْوَطَنْ مِنَ اْلإِيمَانْ
Hubbul Wathon minal Iman
وَلاَتَكُنْ مِنَ الْحِرْماَنْ
Wala Takun minal Hirman
اِنْهَضوُا أَهْلَ الْوَطَنْ
Inhadlu Alal Wathon
اِندُونيْسِياَ بِلاَدى
Indonesia Biladi
أَنْتَ عُنْواَنُ الْفَخَاماَ
Anta ‘Unwanul Fakhoma
كُلُّ مَنْ يَأْتِيْكَ يَوْماَ
Kullu May Ya’tika Yauma
طَامِحاً يَلْقَ حِماَمًا
Thomihay Yalqo Himama

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintamu dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintamu dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku


Indonesia Negeriku
Engkau Panji Martabatku
Siapa Datang Mengancammu
Kan Binasa di bawah durimu

Read more ...

Sunday 7 January 2018

PROGRAM KERJA MWC NU SEMIN MASA KHIDMAH 2017-2022

PROGRAM KERJA DAN PENGGALIAN DANA
PENGURUS MWCNU KECAMATAN SEMIN
MASA KHIDMAT 2017 – 2022

1.      Pengertian Program Kerja
Program kerja pengurus MWCNU Semin merupakan pokok pokok program yang meliputi semua kegiatan organisasi yang ditetapkan oleh Konferensi MWCNU Semin, dalam rangka mewujudkan Nahdlatul Ulama sebagaimana tersebut dalam AD/ART NU Bab IV pasal 5 dan 6 tentang Tujuan dan usaha usaha  Nahdlatul Ulama

2.      Arah dan Tujuan Program Kerja
Program ini dimaksudkan untuk menetapkan sasaran dan langkah langkah perjuagan Nahdlatul Ulama yang ingin dicapai oleh pengurus MWCNU Semin selama masa khidmat 5 tahun mendatang secara berkesinambungan. Program ini dapat dijadikan sebagai pedoman dasar serta rujukan bagi pengurus dalam menetapkan langkah langkah kebijakan yang diamanatkan oleh konferensi MWCNU Semin, dan dapat dijadikan landasan dalam menyusun program pelaksanaan secara rinci

3.      Sasaran yang ingin dicapai
·         Peningkatan dan Pengembangan Khitoh NU 1926.
·         Peningkatan konsolidasi organisasi dan pendayagunaan SDM dilingkungan Jam`iyyah Nahdlatul Ulama Kecamatan Semin
·         Peningkatan kesadaran social dan kinerja Pengurus MWCNU Semin dalam melaksanakan tugas pengabdian terhadap Nahdlatul Ulama, Agama, bangsa, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
·         Pemantapan fungsi dan pedoman organisasi NU sebagai organisasi kemasyarakatan keagamaan
·         Pemantapan dan Peningkatan partisipasi NU dalam Pembangunan wilayah kecamatan Semin

4.      Uraian Bidang Gerakan Nahdlatul Ulama
A.     Bidang Kesekretariatan / Organisasi
1.   Menata kembali struktur organisasi NU baik ditingkat MWC maupun ditingkat Ranting sesuai AD/ART yang terbaru, hasil Mu`tamar NU ke 33 di Jombang Jawa Timur
2.  Menyempurnakan tata kerja dan pembagian tugas pengurus (Job Diskription) disemua tingkatan ( MWC, Ranting, dan KAR )
3.   Mendata aset aset NU disetiap ranting guna menjaga dan melindungi aset dari serobotan pihak pihak lain ( ormas lain )
4.  Rapat rutin pengurus gabungan Musytasar, Syuriah, Tanfidziah dan Lembaga maupun Lajnah.
5.      Rapat pengurus Harian minimal satu kali dalam satu bulan.
6.     Agar terjalin silaturahmi antar pengurus, maka diupayakan agar rapat-rapat pengurus bisa dilaksanakan secara bergiliran di rumah pengurus.
7. Rapat pleno pengurus MWC bersama tiga bulan sekali sekaligus sebagai sarana konsolidasi.
8.  Melaksanakan Rapat Kerja MWC NU, guna merumuskan terlaksananya program kerja yang praktis, efektif, sederhana dan mudah dilaksanakan.
9.   Mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar semua pengurus baik Syuriah, Tanfidziah maupun Ranting bisa disiplin dalam hal administrasi surat menyurat maupun kehadliranya dalam rapat-rapat.
10.  Guna mewujudkan harmonisasi antara MWC NU dengan Badan Otonomnya, maka perlu adanya rapat-rapat koordinasi.
11.  Melaksanakan program-program kaderisasi NU. Tingkat MWC maupun Ranting.
B.     Bidang Dakwah
1.   Merumuskan bentuk pelaksanaan dakwah yang sesuai dengan situasi dan kondisi (kultur masyarakat) baik sifatnya, materinya, maupun teknis penyajianya
2.  Mengusahakan buku buku pegangan dan petunjuk keseragaman bagi para mubaligh / mubalighoh dalam melaksanakan tugasnya demi menghindari terjadinya benturan benturan kepentingan.
3.      Mengadakan PHBI atau Pengajian Umum.
4.      Membuat Team rukti jenazah,
5.      Membuat Team Tahlilan.
6.      Melakukan identifikasi masalah-masalah warga Nahdliyin dalam hal Ubudiyah, amaliyah maupun sosial ekonomi dengan cara turba ke ranting-ranting.
7.    Melaksanakan kunjungan berkala ke Lembaga-lembaga pendidikan Ma`arif MWC NU dan Pondok-pondok Pesantren di wilayah Kec. Semin.
8. Melakukan kerja sama dengan Banser NU maupun pihak-pihak terkait untuk mengupayakan bersihnya Kec. Semin dari Miras dan Narkoba, melalui pembinaan-pembinaan pemuda anti narkoba yang bisa bekerja sama dengan karang taruna maupun Badan Anti Narkoba di kepolisian kecamatan semin.

C.     Bidang Pendidikan Ma`arif NU
1.    Meningkatkan aktifitas pengelolaan MI dan SMP Dibawah LP Ma’arif NU Semin secara terbuka, mandiri dan berkemampuan untuk bekerjasama dengan semua pihak
2.    Menata kembali struktur pendidikan dan pengajaran di MI dan SMP Dibawah LP Ma’arif NU Semin yang mengarah kepada penjamin mutu pendidikan
3.  Mengembangkan tradisi pemikiran NU baik dalam bentuk bacaan (Mata Pelajaran / Perpustakaan) maupun kesenian bagi anak didik, guru, dan staf MI dan SMP Dibawah LP Ma’arif NU Semin
4.     Menyeleksi dengan ketat, bagi guru / staf atau calon guru / staf MI dan SMP Dibawah LP Ma’arif NU Semin berkaitan dengan ke NU an dan ke Aswaja anya, guna tercapainya tujuan didirikanya MI dan SMP Dibawah LP Ma’arif NU Semin oleh para sepuh / Ulama / kyai
5. Mendata dan membina madrasah milik orang NU, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, Madin, TPQ, dan Pengajian pengajian remaja dan anak anak
6.  Memelihara kultur NU melalui pelajaran di sekolah baik tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, Madin, dan TPQ
7.  Mengangkat / memilih koordinator kecamatan LP Ma`arif NU baik ditingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, dengan melibatkan seluruh guru guru NU dimasing masing tingkatan

D.    Bidang Sosial Mabarot
a.   Mewujudkan kegiatan sosial yang merata, atas dasar prikemanusiaan dan akhlakul karimah
b.   Melakukan usaha usaha pengorganisasian pelaksanaan ZIS ( Zakat, Infaq, Shodaqoh ) yang teratur bagi warga NU dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat pada ranting NU masing masing
c.   Melakukan inventarisasi dan pengelolaan terhadap masalah masalah yang berhubungan dengan Wakaf, Hibah, dan Wasiat, agar lebih berdaya guna dan berhasil guna bagi kesejahteraan umat
d.  Membantu pelaksanaan program pemerintah dibidang social, kesehatan, dan keluarga berencana
e.   Meningkatkan kesetiakawanan sosial seperti pemberian bantuan bencana alam, santunan bagi yang terkena musibah dll


E.     Bidang Ekonomi
a.    Menumbuhkan kreatifitas kehidupan ekonomi warga NU melalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan, dan dorongan berbagai sector ekonomi, terutama pertanian, perdagangan, dan industri kecil
b.  Meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta bagi peningkatan aktifitas perekonomian warga NU
c.   Memaksimalkan keberadaan Syirkah Taawuniyah sebagai sarana pemberdayaan ekonomi warga Nahdliyin.
d.  Melaksanakan kajian-kajian perekonomian sebagai embrio Pusat kajian ekonomi warga Nahdliyin terutama bidang ekonomi pertanian, mengingat mayoritas warga nahdliyin di Kecamatan Semin adalah Petani.

F.     Bidang Generasi Muda NU
a.    Mendorong generasi muda NU untuk memahami persoalanya sendiri, dan menumbuhkan watak serta sikap percaya diri sebagai kader penerus perjuangan Nahdlatul Ulama
b.  Menumbuhkan kepercayaan generasi muda NU untuk memiliki watak patriotisme dan Fanatisme melalui pendidikan kader secara konseptual     (Makesta, Lakmud, Lakmad, dan LK) lewat organisasi IPNU-IPPNU, (Latsar Banser, Latsus Banser, Susbalan) lewat organisasi GP Anshor, Fatayat NU, IPNU dan IPPNU
c.   Mendorong dan menumbuhkan pola pikir generasi muda NU untuk tetap sejalan dengan Khitoh Nahdlatul Ulama, aktif dalam kegiatan ke NU an, menyesuaikan perkembangan zaman, serta aktif dalam pembangunan agama, bangsa dan Negara

G.    Bidang Pemperdayaan Perempuan NU
a.   Meningkatkan konsolidasi organisasi Muslimat NU, Fatayat NU, dan IPPNU baik ditingkat anak cabang maupun ditingkat ranting
b.   Mengembangkan dan meningkatkan upaya upaya social yang selama ini telah berjalan baik ditingkat anak cabang maupun ranting dengan selalu berkoordinasi dengan lembaga lembaga terkait dilingkungan NU
c.     Meningkatkan usaha usaha dibidang kesehatan terutama yang menyangkut kebutuhan ibu dan anak seperti KB, BKIA, Pembinaan anak balita dll dengan bekerjasama dengan instansi terkait ditingkat masing masing
d.  Menyelenggarakan kursus dan penataran mubalighoh dilingkungan Musdlimat NU, Fatayat NU, dan IPPNU dalam rangka mendalami dan mengemplentasikan arti Aswaja dan Khitoh NU sebagai garis garis perjuangan Nahdlatul Ulama
e.    Mendorong terciptanya keluarga sakinah dan keluarga mashlahah bagi kehidupan rumah tangga Nahdlatul Ulama
f.   Membina kerjasama yang harmonis dengan semua jajaran NU, Pemerintahan, lembaga swasta, dan semua pihak demi berhasilnya program program pemberdayaan perempuan dikalangan NU

H.    Bidang Pembinaan dan Pengembangan SDM
a. Mengadakan Pendidikan Kader Penggerak NU (PKPNU) yang melibatkan seluruh Pengurus MWC, Ranting NU dan Badan Otonom NU disemua tingkatan
b.   Mengadakan pembinaan dan peningkatan kemampuan managerial personil pengurus MWC dan pengurus ranting NU melalui forum forum ilmiyah, penataran, latihan kepimpinan (leader ship) dll
c.       Menginventarisir masalah/kasus organisasi dan mencari solusi penyelesaianya
d.      Melakukan inventaris aset dan potensi SDM NU, sehingga dapat diketahui peta kekuatan SDM NU secara jelas, untuk pembinaan dan pengembangan NU dimasa depan
e.    Mengintensifkan pengembangan tugas dan fungsi perangkat organisasi (lembaga, lajnah, dan badan otonom) dilingkungan NU
f.       Melakukan rekrutmet kader muda berbakat untuk dilatih sebagai kader siap pakai disegala bidang
g.  Memberikan kesempatan kepada para kader disemua tingkatan untuk mengembangkan bakatnya dalam hal karya tulis, study lapangan, forum diskusi, dialog dll bersama pengurus MWC

I.       Bidang hubungan organisasi dan kerjasama
a.    Meningkatkan kerjasama yang lebih akrab dengan semua perangkat dan jajaran internal organisasi NU
b.   Meningkatkan hikmad dan pengabdian warga Nahdliyyin untuk menjalin kerjasama dan berperan aktif dalam pembangunan disegala bidang khususnya bidang agama
c.  Melakukan jalinan kerjasama dan silaturrtohim dengan pemerintah, TNI / Polri dan lembaga  swasta, untuk kelancaran pelaksanaan program NU dan membantu penanganan masalah masalah social yang lain seperti penjelasan ttg hukum, pemerintahan, penyakit masyarakat (pencurian), kenakalan remaja, narkoba dll 

J.      Penggalian Sumber Dana
Guna memperoleh dana yang cukup untuk kelancaran dan penguatan jalanya organisasi dan program pengembangan NU di masa mendatang, perlu diupayakan penggalian sumber dana dari warga nahdliyyin sebagai berikut :

a.   Mengintensifkan kewajiban membayarkan iuran dan infaq anggota Nahdlatul Ulama  / warga Nahdliyyin secara menyeluruh
b.  Mengaktifkan kembali Infaq Bulan Dana MWCNU setiap bulan Muharrom yang dulu pernah jalan.
c.     Mengusahakan tanah wakaf dan amal jariyah warga NU / Nahdliyyin, untuk memperoleh sumber pendapatan organisasi yang permanen.
d.     Memaksimalkan koin NU dan mengupayakan adanya usaha lain atau donatur untuk biaya organisasi.
e.       Menggali sumber sumber lain yang halal dan tidak mengikat

Read more ...
Designed By