"menjaga tradisi yang sudah baik, mengakomodir sesuatu yang baru yang lebih baik"
Wednesday 28 October 2015
Sumpah Pemuda dan Muktamar NU 1928
Tuesday 27 October 2015
Program Unggulan & kontak Lazisnu Gunungkidul
Donasi
Kontak Kami
Apa Beda Zakat, Infak, Shadaqah dan Wakaf Uang
Jenis-jenis Sedekah Menurut Rasulullah SAW
Padahal sedekah bisa dilakukan oleh siapapun termasuk orang yang tak berpunya sekalipun. Sebab sedekah tidak selalu berati pemberian materi. Sedekah juga bisa bermakna pemberian yang bersifat non-materi. Semisal, membantu orang lain, menyingkirkan duri di jalan, berbicara dengan bahasa yang santun dan sopan, dan lain-lain. Pemahaman ini merujuk kepada hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah berikut.
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap harinya selama matahari masih terbit; kamu mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah; kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang bawaannya ke atas kendaraannya adalah sedekah; setiap langkah kakimu menuju tempat sholat juga dihitung sedekah; dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah.” HR Bukhari dan Muslim.
Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sedekah di sini adalah sedekah yang dianjurkan, bukan sedekah wajib. Ibnu Bathal dalam Syarah Shahih al-Bukhari menambahkan bahwa manusia dianjurkan untuk senantiasa menggunakan anggota tubuhnya untuk kebaikan. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah Subhahanu wa Ta’ala.
Penulis kitab ‘Umdatul Qari Badruddin al-Ayni berpendapat bahwa segala amal kebaikan yang dilakukan atas dasar keikhlasan, ganjaran pahalanya sama dengan pahala sedekah. Sebab itu, seluruh bagian dari anggota tubuh kita yang digunakan untuk kebaikan, dinilai oleh Allah SWT sebagai sedekah berdasarkan hadis yang disebutkan di atas.
Bahkan dalam kitab Adab al-Mufrad, al-Bukhari meriwayatkan, apabila seorang tidak mampu untuk melakukan perbuatan yang disebutkan di atas, minimal ia menahan dirinya untuk tidak menganggu orang lain. Karena secara tidak langsung, ia sudah memberi (sedekah) kenyamanan dan menjaga kesalamatan orang banyak.
Selama kita mampu melakukan banyak hal, peluang untuk bersedekah masih terbuka luas. Sedekah tidak hanya berupa uang, tetapi juga memanfaatkan anggota tubuh kita untuk orang banyak.
Para ulama mengatakan, amalan-amalan yang disebutkan dalam hadis di atas hanya sekedar contoh, bukan membatasi. Penafsiran hadis ini masih bisa diperluas cakupannya.
Singkatnya, segala bentuk amalan yang dilakukan anggota tubuh kita, akan dinilai sebagai sedekah oleh Allah SWT bila dilakukan dengan penuh keikhlasan termasuk sembahyang Dhuha.Wallahu a’lam. (Sumber: NU Online, Hengki Ferdiansyah)
Monday 6 July 2015
Malam Lailatul Qadar menurut keterangan Kitab Syarh al-Shadr bi Zikr Lail al-Qadr fadhail wa ‘Alamah Lailah al-Qadr, karya Waliuddin al-Iraqi al-Syafi’i.
إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ, لاَ بَرْدَ فِيْهَا
وَلاَ حَرَّ, َلاَ محِلُّ لِكَوْكَبٍ يُرْمَى بِهِا حَتَّى يصْبِحَ, وَإِنَّ من أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا
تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً, لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ
مَعَهَا يَوْمَئِذٍ
Artinya : Sesungguhnya tanda-tanda Lailatul Qadr adalah malam cerah, terang,
seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas.
Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya.
Dan sesungguhnya, setengah dari tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya
terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula
dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu
Qadhi Ibnu ‘Iyadh mengatakan dua pendapat kenapa pada pagi lailatul qadar, matahari
terbit tidak ada terik panasnya, yaitu : pertama, itu sebagai tanda malam lailatul qadar yang
dijadikan Allah SAW, kedua, hal itu terjadi karena banyak hilir mudik, turun kebumi dan naik
malaikat yang dapat menutup panas matahari dengan sayapnya dan tubuhnya yang lembut.
Banyak Kalangan Salah Paham atau Tak Mau Paham Islam Nusantara
Wacana Islam Nusantara belakangan bergema di Indonesia setelah menjadi tema utama Muktamar ke-33 NU. Sayangnya, banyak kalangan yang salah paham atau memang tak mau paham. Mereka menganggap Islam Nusantara sebagai aliran baru atau mazhab baru bahkan ada yang menuduh sinkretis antara Islam dan agama Jawa.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan apa yang dikatakan orang-orang tersebut sama sekali tidak benar. “Ini bukan aliran baru, kita tetap Islam aswaja yang berpegang teguh pada mazhab Asy’ari dan Syafii,” katanya di gedung PBNU, Jum’at (3/7).
Ia menjelaskan, Islam Nusantara merupakan Islam yang menghargai budaya lokal. Secara umum, masyarakat Nusantara sudah memiliki budaya yang beragam, tradisi yang beragam sebelum kedatangan Islam.
“Islam datang tidak menghapus budaya, tidak memusuhi khazanah peradaban. Tidak menyingkirkan tradisi yang ada, asalkan jelas tidak bertentangan dengan Islam. Kalau ritual hubungan seks bebas atau minum arak, itu kita tidak menerima.”
“Selama tradisi tidak bertentangan dengan prinsip kita, maka Islam melebur dengan tradisi tersebut karena dakwah di Nusantara itu pendekatannya pendekatan budaya, bukan pendekatan senjata seperti di Timur Tengah,” tandasnya.
Dengan strategi dakwah kebudayaan seperti itu, pelan-pelan budaya yang ada di Nusantara sekarang sudah bernapaskan Islam. “Islam menjadi kuat karena menyatu dengan budaya, budaya menjadi Islami karena disitu ada nilai Islam.”
Ia mencontohkan transformasi tradisi non Islam yang kemudian diislamkan seperti pemberian sesajen kepada para dewa yang kemudian menjadi slametan. Slametan tujuh bulan kehamilan tadinya budaya Jawa, kemudian diislamkan dengan nilai Islam, salah satunya dengan membacakan surat Lukman pada peringatan tujuh bulan tersebut, supaya anaknya baik, taat pada orang tua sebagaimana Lukmanul Hakim dalam kisah Al-Qur’an.
“Jadi budaya yang sudah ada kita masuki dengan nilai Islam. Ini berangkat dari sinergi antara teologi dan budaya, maka NU memberi nama Islam Nusantara,” tegasnya. (Mukafi Niam)
Hikmah Lailatul Qadar
Wednesday 24 June 2015
Bacaan Doa Tarawih & Witir
Artinya: Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang melaksanakan kewajiban- kewajiban terhadap-Mu, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akherat , yang ridha dengan ketentuan, yang bersyukur atas nikmat yang diberikan, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, sampai kepada telaga (yakni telaga Nabi Muhammad) yang masuk ke dalam surga, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah de¬ngan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu yang murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini tergolong orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas penghulu kita Muhammad, keluarga beliau dan shahabat beliau semuanya, berkat rahmat-Mu, oh Tuhan, Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Doa setelah sholat witir:
Subhanal malikil quddus (3x) subbuhun quddusun robbuna wa robbul mala-ikati warruh. Subhanallah walhamdu lillah wa la ilaha illallah wallahu akbar. Wa la hawla wa la quwwata illa billahil 'aliyyil adzim.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا
دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا،
وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا،
وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ،
وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى
الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ.
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وصِيَامَنَا
وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا، وَتَمِّمْ
تَقْصِيْرَنَا يَا اَللَّهُ، يَا اَللَّهُ، يَا اَللَّهُ، يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ.
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ،
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.
(ALLAAHUMMA INNAA NAS-ALUKA IIMAANAN DAA-IMAN, WANAS-ALUKA QALBAN KHAASYI’AN, WANAS-ALUKA ‘ILMAN NAAFI’AN, WANAS-ALUKA YAQIINAN SHAADIQAN, WANAS-ALUKA ‘AMALAN SHAALIHAN, WANAS-ALUKA DIINAN QAYYIMAN, WANAS-ALUKA KHAIRAN KATSIIRA, WANAS-ALUKAL ‘AFWA WAL’AAFIYATA, WANAS-ALUKA TAMAAMAL ‘AAFIYATI, WANAS-ALUKASY SYUKRA ‘ALAL ‘AAFIYATI, WANAS-ALUKAL GHINAA-A ‘ANIN NAASI, ALLAAHUMMA RABBANAA TAQABBAL MINNAA SHALAATANAA WASHIYAAMANAA WAQIYAAMANAA WATAKHASYSYU ‘ANAA WATADLARRU ‘ANAA WATA ‘ABBUDANAA WATAMMIM TAQSHIIRANAA YAA ALLAHU YAA ALLAAHU YAA ALLAAHU YAA ARHAMAR RAAHIMIIN. WASHALLALLAAHU ‘ALAA KHAIRI KHALQIHII MUHAMMADIN WA’ALAA AALIHII WASHAHBIHII AJMA’IINA WALHAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN).
Artinya :
- “Ya Allah, ya Tuhan kami, kami memohon kepada-Mu (mohon diberi) iman yang langgeng, dan kami mohon kepada-Mu hati kami yang khusyu’, dan kami mohon kepada-Mu diberi ilmu yang bermanfaat, dan kami mohon ditetapkannya keyakinan yang benar, dan kami mohon (dapat melaksanakan) amal yang shalih dan mohon tetap dalam agama islam, dan kami mohon diberinya kebaikan yang melimpah-limpah, dan kami mohon memperoleh ampunan dan kesehatan, dan kami mohon kesehatan yang sempurna, dan kami mohon mensyukuri atas kesehatan kami, dan kami mohon kecukupan. Ya Allah ya Tuhan kami, terimalah shalat kami, puasa kami, rukuk kami, dan khusyu’ kami, dan pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama shalat, ya Allah, ya Allah, ya Allah Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang, semoga Allah memberi kesejahteraan atas sebaik-baik makhluk-Nya yaitu Nabi Muhammad, atas keluarga dan semua sahabatnya, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”.
Sunday 24 May 2015
PAC IPNU IPPNU Kecamatan Semin Selenggarakan outbond
Gunungkidul NU Online
Guna memberikan penyegaran pengurus, Pimpinan Anak Cabang IPNU-IPPNU Kecamatan Semin menggelar kegiatan outbond di lokasi wisata air terjun ngluwur wonogiri Jawa tengah selama 1 hari penuh ahad 24 mei 2015.
Kegiatan yang diikuti 35 pengurus IPNU-IPPNU itu, menghadirkan dua Pengurus Cabang IPNU Kabupaten Gunungkidul untuk memberikan semangat pada rekan dan rekanita IPNU IPPNU Semin.
Berbagai materi game yang berhubungan dengan kerja sama kelompok, kebersamaan, memecah masalah dan tanggung jawab sebagai pemimpin diperagakan peserta dengan penuh kebersamaan dan kegembiraan. Apalagi di tengah puncak air terjun yang sangat indah ini, menambah keasyikan tersendiri bagi peserta untuk bermain-main namun penuh makna.
Acara yang berakhir menjelang sore hari itu, lahir satu komitmen peserta untuk kembali aktif berorganisasi dengan satu semboyan yang sama yaiti Belajar, Berjuang Bertaqwa.
Ketua PAC IPNU Semin Aziz Yulianto mengatakan acara ini dimaksudkan memberikan suasana baru bagi pengurus IPNU-IPPNU yang sedang mengalami kelesuhan berorganisasi. Terutama pada masalah kebersamaan, kesadaran tanggung jawab pada diri pengurus sekarang ini mulai melemah sehingga mempengaruhi kinerja organisasi.
“Makanya melalui kegiatan ini, diharapkan pengurus bisa fresh, kebersaman maupun kesadaran akan tumbuh kembali. Dan Alhamdulillah, dalam acara ini telah muncul satu komitmen untuk semangat dan bertanggungjawab membesarkan IPNU-IPPNU.” ujar Aziz Yulianto usai acara.
Hal sama juga disampaikan oleh ketua PAC IPPNU Semin Desi Risnawati Menurutnya, kegiatan out bond semacam ini perlu dikembangkan setiap saat. Selain mempunyai nilai rekreatif juga ada nilai pendidikannya terutama yang berkaitan kebersamaan dan kesadaran dalam berkelompok.
Selain itu Pembina PAC IPNU IPPNU Kecamatan Semin Marhaban Husni S.Ag menuturkan “Organisasi bisa besar bila selalu terjalin kebersamaan dan kerja sama semua pengurus, Untuk membangun hal itu, bisa melalui beberapa cara dan salah satu yang sangat efektif adalah melalui kegiatan-kegiatan out bond seperti ini.” . (Khairul Rasyid)
Tuesday 19 May 2015
Di Malaysia, Ustadz Idrus Ramli Pesan Jangan Gampang Mengafirkan
Selangor, NU Online
Ustadz Idrus Ramli menyerukan kepada segenap Nahdliyyin dan umat Islam pada umumnya untuk tidak gampang mengafirkan orang lain. Menurutnya, agama tidak menolak tradisi sama sekali. Ia menerima kearifan lokal, selama kearifan tersebut memang tidak bertentangan dengan subtansi ajaran agama.
Ia juga memberi contoh sekaligus memuji peran Wali Songo dalam penyebaran agama Islam. Jika di daerah Asia Selatan atau daerah lainnya, Islamisasi terjadi salah satunya melalui peperangan, maka Islamisasi di tanah Nusantara melalui jalan damai.
Dewan Pakar Aswaja NU Center Jawa Timur ini menyampaikan hal tersebut dalam peringatan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad yang diadakan Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Malaysia di Selangor, Malaysia, Jumat (15/5).
Dalam kesempatan itu, Idrus Ramli juga menyampaikan bahwa Isra dan M’iraj mesti dimaknai ke dalam beberapa hal. Di antaranya, perjalanannya yang begitu cepat melukiskan betapa perubahan pada manusia akhir zaman juga berlaku begitu cepat seperti teknologi, norma sosial, dan aspek-aspek kemodernan lainnya. Makanya, tuturnya, umat Islam terutama Nahdliyyin harus waspada dan mampu menjaga diri dari tantangan modernitas tersebut.
Kegiatan yang dihadiri sekitar 500 orang itu berlangsung meriah. Ketika penceramah datang langsung disambut dengan alunan rebana bertajuk thala’a al-badru ‘alaina. Ketua panitia, Saifuddin, menjelaskan, pihaknya dalam acara kali ini ingin memunculkan nuansa lebih akademis. Karenanya, acara inti yang pada acara-acara sebelumnya biasa diisi dengan ceramah monolog saja, kini disisipi sesi tanya jawab. Tahun sebelumnya, kegiatan yang sama juga dilaksanakan di kampung Payajaras. (Azis Ahmad/Mahbib)
Saturday 16 May 2015
Rasulullah, Raja, hingga Ulama Ternyata Juga Memakai Akik
Jakarta, NU Online
Kesukaan manusia terhadap batu mulia atau akik ternyata sudah berlangsung sejak zaman dahulu kala, bahkan sebelum berkembangnya agama Islam. Hanya saja, fenomenanya mungkin tidak seperti demam akik yang sekarang melanda Indonesia.
KH Said Aqil Siroj menjelaskan, Rasulullah memakai akik Yaman. Karena itulah ada yang menganggap memakai akik sebagai hal yang mustahab, atau sunnah dalam tingkatan yang rendah. Kiai Said menjelaskan, sunnah bertingkat-tingkat, mulai dari sunnah muakkad, ghoiru muakkad sampai dengan mustahab.
“Rasulullah memang memakai cincin, bahkan beliau menyerukan mas kawin pakai cincin,” katanya.
Selain Rasulullah para raja dalam sejarah Islam seperti Harun Al Rasyid, salah satu raja gemilang dalam Islam juga selalu memakai cincin.
“Imam Syahrowardi, salah satu ulama berpengaruh dalam Islam juga memakai batu cincin,” paparnya.
Ia menambahkan, ada kitab yang secara khusus membahas tentang cincin, yaitu Al Jawahir atau Book of Precious Stones karangan Imam al Biruni. Al Biruni mengklasifikasikan setiap mineral berdasarkan warna, bau, kekerasan, kepadatan, serta beratnya.
“Saya belum membaca detail. Katanya kalau merah katanya berani. Kalau kuning pengasihan, kalau biru dan hijau itu dingin dan sejuk,” katanya.
Kiai Said mengungkapkan, mempercayai sebuah batu memiliki kekuatan lebih dibandingkan dengan batu biasa juga boleh karena proses pembentukan batu tersebut memang berbeda dengan batu biasa sehingga secara rasional pun, nilainya berbeda. Karena itulah, batu jenis tertentu dianggap sebagai batu mulia.
“Memandang batu sebagai bagian dari seni boleh, lebih dari itu juga boleh-boleh saja,” imbuhnya.
Ia sendiri memiliki beberapa koleksi batu mulia, tetapi tidak banyak. “Saya memakai blue safir,” katanya sambil menunjukkan lingkaran batu indah yang ada di jarinya. Jenis lain yang dimiliki adalah zamrud. (mukafi niam)
Friday 15 May 2015
Menjawab Salam dari Televisi
Mengenai hal ini ada keterangan lanjutan yang berhubungan dengan musallam alaih yaitu pihak yang diberi salam. Apabila yang diberi salam adalah satu orang maka orang itu fardhu ain menjawabnya. Tetapi jika salam itu ditujukan orang banyak atau publik maka menjawabnya hukumnya fardhu kifayah.
Berucap salam bagi sesama muslim bukanlah sekedar basa-basi. Bukanpula sekedar pemanis pergaulan semisal sopan santun. Tetapi lebih dari itu, karena dalam salam terkandung hikmah dan do’a. Dalam hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Abdullah ibn Amr ra. Berliau pernah bersabda ketika menjawab pertanyaan seseorang mengenai macam amal yang terbaik, beliau menjawab:
تطعم الطعام وتقراء السلام على من عرفت ومن لم تعرف
Berikanlah makanan dan ucapkan salam kepada orang yang kau kenal dan orang yang tidak kau kenal (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits lain beliau juga bersabda “wahai manusia, ucapkanlah salam, berilah makanan, sambunglah ikatan kekerabatan (silaturrahim) dan shalatlah ketika orang-orang sedang tidur, maka kamu akan masuk surga dengan selamat.
Dari keterangan di atas ulama bersepakat bahwa mengucap salam hukumnya adalah sunnah, tetapi menjawab salab hukumnya wajib. Meski demikian mengucap salam tetap lebih afdhal dibandingkan dengan menjawab salam. Meskipun komitmen hukumnya lebih tinggi menjawab salam sebagai sebuah kewajiban.
Kasus seperti ini merupakan pengecualian (mustastsnayat) dari qaidah fiqhiyyah yang menyatakan bahwa perkara wajib lebih utama dari pada perkara sunnah. Pantas saja, mengingat jawaban salam ada karena ada orang yang mengucapkan.
Nah permasalahnnya kemudian bagaimanakah hukumnya menjawab salam yang dilontarkan dari dalam televisi, wajibkah di jawab? Mengenai hal ini ada keterangan lanjutan yang berhubungan dengan musallam alaih yaitu pihak yang diberi salam. Apabila yang diberi salam adalah satu orang maka orang itu fardhu ain menjawabnya. Tetapi jika salam itu ditujukan orang banyak atau publik maka menjawabnya hukumnya fardhu kifayah. Artinya sudah gugur kewajiban membalas salam apabila ada salah satu dari pemirsa yang menjawab. Tetapi jika tidak ada yang menjawab satupun semua pemirsa menanggung dosa.