Menanggapi potensi perpecahan di kalangan Nahdliyin akibat konflik
kepentingan politik segelintir pihak, Wakil Rais Aam PBNU KH Mustofa
Bisri mengembalikan solusi penyelesaiannya pada komitmen warga NU
memegang teguh Khittah NU 1926.
”Asal orang NU itu tekun membaca, memahami, dan mengamalkan
khittahnya, masalah-masalah (perpecahan) itu tidak akan ada. Setidaknya
dapat diminimalisir,” ujarnya selepas mengikuti Bahtsul Masail NU di
Jakarta, Rabu (19/6) petang.
Menurut kiai yang akrab disapa Gus Mus ini, masih banyak warga NU,
termasuk pengurusnya yang tidak memahami dan melaksanakan khittah NU
yang merupakan landasan berpikir, bersikap, dan bertindak itu.
Khittah NU menegaskan di antaranya tentang dasar-dasar keagamaan dan
sikap kemasyarakatan yang mencerminkan perjuangan luas NU di bidang
dakwah, keilmuan, dan sosial, serta tidak terikat dengan organisasi
politik tertentu.
”Yang memahami khittah banyak. Yang tidak memahami dan melaksanakan
khittah juga banyak. Karena warga NU memang banyak sekali,” katanya. Gus
Mus menilai, absennya khittah NU dari pikiran dan sikap warga NU
merupakan tanggung jawab para pengurus NU di semua tingkatan untuk
melakukan pembinaan secara terus-menerus.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, Jawa Tengah ini
menambahkan, soal padangan kebangsaan, NU teguh mempertahankan NKRI.
Sementara kepada pemerintah NU tetap akan mengkritisi ketika memang
terdapat kekurangan.
Di usia NU yang ke-90 ini, Gus Mus berharap NU dapat menjadi
organisasi yang lebih dewasa dan bijaksana. ”Mudah-mudahan saja (NU)
tambah tua tambah arif, tidak tambah pikun,” tuturnya.
No comments:
Post a Comment